Wednesday, June 20, 2012

Iron Bell

Suatu sore di bulan Desember… Hujan deras turun di sore itu. Hujan yang sudah biasa terjadi di penghujung bulan Desember. Elisa sedang menikmati suasana hujan dari jendela kamarnya, sembari mencorat coret buku harian usang yang telah lama ia gunakan. Lembaran demi lembaran yang ia buka seakan memutar kembali kenangan semasa SMP, tentang tawa, pertemanan, dan duka. Secarik kertas berisi foto-foto teman sekelas dan teman-teman satu angkatan semasa SMP yang terabadikan, walaupun kini, entah kemana rimbanya. Teman-teman yang telah merantau pergi demi menggapai mimpi, ataupun teman yang telah dipanggil Illahi. Termenung dalam lamunan, Elisa bergumam “mungkinkah masa-masa indah ini kembali ?”. Sesekali ia mengalihkan pandangan, melihat tetesan air hujan yang hanya bisa membasahi jendela, terhalang oleh kaca dan tak bisa menyapa. Mengingatkan dia akan pacarnya. Tiba-tiba pintu rumah Elisa terketuk, ia buru-buru membukakan pintu… Ternyata yang datang adalah Sean, pacar Elisa. Ia datang dengan badan basah kuyup terguyur hujan. Sean langsung memeluk Elisa sambil berkata “I LOVE YOU sayang…”, ia pun merasa heran sekaligus senang dengan kedatangannya. “I LOVE YOU TOO”, jawab Elisa. Di depan pintu rumah Elisa, disaat hujan deras berpayung awan hitam menyelimuti, Sean mengeluarkan dua buah lonceng dari saku jaketnya. “Kenapa sayang?”, Tanya Elisa. Sean hanya tersenyum simpul, “Sayang, simpanlah lonceng ini, aku akan menyimpan yang satunya. Ini adalah pemberian dari orangtuaku. Lonceng ini menandakan perasaan dan hati kita, selama kita menyimpan lonceng ini, ingatlah bahwa hati kita selalu menyatu walau raga kita jauh. Dan apabila lonceng ini berbunyi, itu berarti salah satu dari kita ada yang kangen… ”, terang Sean. Elisa tersenyum haru, ia lalu segera menyuruh Sean masuk ke dalam rumah untuk mengganti baju, sembari menggantungkan lonceng itu di lemari. Hati Elisa sedang berbunga-bunga, tapi tiba-tiba terdengar bunyi telpon berdering. ternyata yang menelepon adalah sahabatnya, Rachel. Rachel berkata kalau Sean mengalami kecelakaan saat sedang menuju ke rumah Elisa, dan Sean pun tewas di tempat... Saat mendengar berita ini, Elisa tidak percaya, dan pada saat itulah ia mencari Sean di rumahnya dan ternyata sayang, Sean tidak ada lagi. Elisa menyadari bahwa Sean benar-benar sudah meninggal. Dan itulah untuk yang terakhir kalinya ia melihat dan mendengar kata sayang dari Sean kepadanya. Elisa tak kuasa menahan tangis, tapi tiba-tiba…. ‘kling… kling… kling…’, ia tersentak ketika mendengar lonceng itu berdering, lonceng yang diberikan Sean ternyata benar-benar ada dan masih tergantung di lemari Elisa. Seketika itu pula ia teringat akan perkataan Sean, tentang lonceng itu, dan tentang kisah cinta mereka berdua…

No comments:

Post a Comment