Thursday, December 13, 2012

NYANYIAN CINTA

Sang fajar bertekuk lutut. Seakan mengalah pada sinar rembulan. Dan jikalau malam tiba. Bintang pun menemani indahnya bersama rembulan. Andai saja aku seperti mereka. Selalu menemani untuk menjaga kesunyian malam. Bersatu dan tak saling mengganggu. Namun sudahlah,Itu cuma khayalku. Menikmati indahnya malam. Hanya angin malam yang berhembus. Dan sebuah buku yang selalu menemaniku. Itu pun sudah cukup menghapus kegundahanku. Sesaat jika aku merindukan seseorang. Kutuangkan isi hatiku melalui secarik kertas. Dan mulai menarilah pena diatas. Untuk mengukir namanya. Dan akupun menitipkan surat ini. Kepada angin yang berhembus. Untuk disampaikan kepada Tuhan. Agar dapat mengabulkan permintaanku ini.

LUKISAN BERNYAWA

Mata itu belum jua lelah menatapku. bernyanyi dalam alam. bersenang dalam detik-detik berpulangnya. menatap tajam semakin dalam. mengingatkan pada masa kelam. Bibir merah tanpa diucap. peluh menetes tanpa keringat. ku sentuh walau tangan tak meraba. ku lihat kosong tapi ada sosok jauh yang mengintai. tetes bening nyata bisa ku rasa. pilu itu tak bisa ku nikmati. Mati rasa? ya kuyakin itu yang benar terjadi. aku melihat bayangan yang tak pernah ku sadari. aku mendengar tak ku resapi. aku bertanya walaupun tak bersyarat. seketika riuh bernada parau. ketika detik itu telah tiba, ku sadari, aku laksana lukisan yang tak berbuat apa-apa.

PAGI DISEBUAH DUSUN

Embun memercik dedaunan hijau. Mentari menyibak lembaran hari yang silam. Usia merayap dengan tenangnya. Menuju sebuah harapan. Yang terbentang antara samar dan bayangan. Kehidupan memutar hidup segala ragu. Petani melangkah riang ke sawah. Tersentuhlah daun yang menghijau. Merunduk. Melambai ingin dibelai. Kicau riang nyanyian pagi. Membawa anak ke masa depan. Dusunku kecil padi menguning. Bagai kencana titian masa. Yang menyimpan berbagai harapan. Mentari menghapus sisa embun pagi. Usia merayap dengan tenangnya. Pagi nan ceria disambut gelak tawa. Suka cita dan canda ria. Menyambut cita-cita bagi bangsaku.