Tuesday, December 22, 2015

The Power of Love

Sesuatu yang kecil bisa menyelinap dan menghancurkan dari dalam. Dan yang paling menakutkan adalah, semuanya terjadi tanpa sempat kamu sadari.
Ironis rasanya mengetahui bagaimana seorang manusia bisa dengan percaya diri dan mudahnya melewati sebuah badai yang besar. Namun dalam waktu yang sama mengetahui ada beberapa pasang manusia yang bisa hancur hanya karena kerikil kecil.
Sepasang manusia yang akhirnya rela saling melepaskan genggaman tangan hanya karena ancaman kerikil kecil, padahal sebelumnya pernah melewati puluhan badai yang luar biasa besarnya berdua. Logikanya, sepasang manusia yang berhasil melewati badai berdua atas nama cinta pasti lebih bisa melewati kerikil kecil. Namun sekali lagi, cinta seringkali tak sejalan dengan logika.
Badai yang besar harusnya malu kepada kerikil kecil. Dan sepasang manusia yang kehilangan cinta hanya karena kerikil kecil, akan tertutup mukanya oleh pasir yang terbawa angin badai.
Aku tak ingin malu di depan badai dan kerikil, beserta pasir yang senantiasa menyertai mereka.
Sebuah cinta, semestinya lebih digdaya dari badai dan kerikil yang melanda.

Monday, May 18, 2015

Sahabat itu...

Tak bisa ungkap dengan kata apapun
Ini memang sangat membosankan
Ini begitu melelahkan
Bahkan, ini sangat menjengkelkan
Tubuh seakan beku dalam bongkahan es
Membeku tidak tahu kapan akan mencair

Yaa… itu benar sobat
Itu semua seperti sorot lampu panggung tanpa penonton
Menerangi tubuh di dalam kegelapan
Terdiam bisu tanpa senyum dan air mata
Ini sangat menyedihkan..
Namun.. ingatlah sobat..
Kau tidak sendiri
Kau tidak berdiri sendiri di kegelapan itu

Teteskanlah air matamu jika hatimu merasa terisak
Berteriaklah sepuasmu jika hatimu memanas
Karena itu lebih baik ku lihat
Daripada kau terdiam kaku di bawah sorot lampu itu
Bagai seorang tokoh tanpa dialog.



Wednesday, April 29, 2015

Rindu Bunda

Gerimis bertaut membuka hari.
Rinainya jatuh menggenang, jadi tangis di mataku.
Membentur jalanan dan aspal berdebu.
Seiring hati yang meraung, meratapi kisah lalu.
Kelabu, lantas beku seperti membatu.

Aku rindu, rindu akan belaian kasihmu.
Diantara seribu ketidak mengertianku, diantara sejumput luka yang membekas dari kenangan masa kecilku.
Semuanya berpendar, menari-nari di benak.
Kujalani separuh hari dengan hati berdesir.
Menanti dan menanti, hingga senja merambah menutupi hari.

Ditengah nestapa berbalut duka dan air mata, aku bangkit berdiri.
Jadi pelita sejati bagi adik-adik.
Panduan menjalani hari demi hari.