Friday, October 19, 2012

A Way Of Beautiful

Aku, Seperti batu diatas bukit kering tanpa pohon berdaun hijau. Bila seseorang memecahkanku dengan kekuatan palu ditangannya, Maka dengan seketika itu aku hancur menjadi kepingan batu yang tak dibutuhkan. Aku seperti pohon yang tak lagi disiram oleh pemilikinya, Daun di sekeliling tubuhku berguguran, Tanpa satupun menghiasi ranting-ranting cokelat tua. Hidupku seperti ombak melaju dengan cepat, Ke sebuah pulau yang telah Tuhan tetapkan, Mengikuti tiupan angin yang telah berhembus. Penuh dengan kepalsuan. Aku seperti seekor semut. Kecil, sangat kecil. Bahkan orang disekitar ku tak mengetahui bahwa aku ada. Aku seperti bayang-bayang yang akan menghilang. Jika raja siang tidak lagi ada diatas ketinggian 90 derajat. Aku kalah… Saat aku tak menyelesaikan peperanganku. Saat orang-orang masih berjuang. Mengeluti setiap musuh-musuhnya. Aku terbaring lemah tak berdaya. Meski pedang dan kuda putih, Masih kupegang dengan kuat. Tak berdaya kekuatan musuhku. Seperti lebih kuat dibandingkan dengan kekuatan pedang yang kumiliki. Setengah kulambaikan bendera tanda menyerah. Tapi, tiba-tiba, Cahaya biru langit, Cahaya lembayung sore, Terus mengintai semua bulatan mata ku. Cahayanya terasa menusuk jantung terdalam hatiku. Kau tau kawan apa yang dikatakannya? Wake up…. Wake up…… Dan WAKE UP………. Keras, keras sekali. Seketika, aku berlari keras enam puluh kilo per jam. Aku berlari dan berlari. Sampai kutemukan sebuah danau berair bening. Ikan menari-nari dibawahnya. Tersenyum ramah tanpa dendam. Kuputar tanganku tiga ratus enam puluh derajat. Ku lemparkan bendera putih ditanganku. Jauh, sangat jauh. Benda itu menghilang dalam hitungan detik. Seketika ku bangkit dan membawa keberanianku kembali. Sekali lagi ku bawa pedang berwarna perak itu. Kini aku membuka mata. Dan kini aku seperti hidup diwaktu yang berbeda.

No comments:

Post a Comment